IPM ke 14

Jawa Barat adalah provinsi penyangga ibukota negara Jakarta selain Provinsi Banten. Kedua provinsi ini seharusnya lebih maju, sejahtera, dan lebih sehat dalam segala hal karena paling dekat dengan pusat kegiatan perekonomian Indonesia yaitu Jakarta.
Akan tetapi kenyataannya, Jawa Barat menduduki peringkat ke 14 dalam hal pencapaian IPM yakni sebagai salah satu indikator pengukur kesejahteraan suatu daerah.
Tentu banyak argumen yang bisa dikemukakan mengapa pencapaian IPM ini bertengger pada posisi14 dan tidak pada ke 2, ke 3 atau nomor lainnya yg lebih membanggakan?
Salah satu alasan masuk akal adalah kenyataan lembaga pendidikan formal yang ada di wilayah Jawa Barat hingga tahun 1900 ( saat masih terjajah) tidak ada yang bisa dinikmati pribumi saat itu. Memang kaum penjajah lebih mendahulukan pembangunan sekolah-sekolah di daerah yang kooperatif dengan kerajaan Belanda. Hanya beberapa gelintir orang Jawa Barat yang sempat mengenyam pendidikan formal ini, itupun terbatas kalangan yang mendapat priveleges dari kaum kolonial.
Jadi masuk akal, apabila orang Jawa Barat terlambat start ketika menjelang dan awal-awal kemerdekaan dalam meraih posisi perekonomian dan politik. Akibatnya bisa terasa sampai sekarang, dimana masih banyak masyarakat Jabar/Banten dalam kondisi belum sejahtera..

Dewi Sartika

Maksudnya Dewi Sartika yang pahlawan nasional itu khan? Betul, tulisan ini terinspirasi saat saya setiap pagi (jam 5.00 sampai jam 6.00 WIB) menyaksikan acara pengajian/ tauziah yang bertajuk “Mamah dan Aa” di saluran televisi Indosiar.
Sebagaimana kita tahu Dewi Sartika adalah pejuang wanita dari Jawa Barat yang bergerak mula pertama kali mewujudkan lembaga pendidikan/sekolah untuk kaum perempuan yang kala itu masih dalam penjajahan Belanda dalam awal abad 20. Sekolah-sekolah yang didirikannya sampai sekarang masih ada walau sudah berganti nama dan dinegerikan, hanya kalau saat pertama kali didirikan khusus untuk perempuan dalam perkembangan berikutnya menerima juga murid laki-laki.
Perjuangan berat Dewi Sartika dari keluarga priyayi Bandung ini kalau kita baca dari buku sejarahnya sungguh luar biasa, demi mencerdaskan kaum perempuan bangsa Indonesia saat itu beliau sampai rela mengungsi keluar dari lingkungan rumahnya. Bagi kita kaum pendidik, layak bila Dewi Sartika diidolakan sebagai tokoh awal pendidikan Indonesia yang sejati. Jauh sebelum kaum pergerakan nasional lainnya yang didominasi kam pria menyelenggarakan hal yang sama, maka Dewi Sartika telah membuktikan dengan kemampuan dan ketabahan hatinya membangun sekolah walau dalam kesederhanaan.
Lalu apa hubungannya dengan acara di Indosiar? Pembawa materi tersebut adalah seorang ustadzah, seorang perempuan bernama Mamah Dedeh. Dengan penguasaan kitab Al Qur’an dan perangkatnya, seorang diri ustadzah tersebut ditanya berbagai persoalan hidup lewat telepon maupun hadirin yang hadir di studio.
Bisa dibayangkan betapa penguasaan ilmu agama yang dalam serta keberanian yang haq yang dimilikinya seakan diuji oleh beribu pertanyaan tersebut. Sangat luar biasa! Bila acara lain yang sejenis lebih banyak satu arah yaitu didominasi oleh wejangan para pembawa acaranya, kalaupun ada pertanyaan selalu dibatasi. Maka pengarah acara beserta kru seakan menampilkan kepiawaian ustadzah Mamah Dedeh untuk berdialog ilmiah setara dengan debat kampus tentu dalam kadar yang khas.
Mungkin inilah yang juga dulu dilakukan oleh Dewi Sartika disaat kuku penjajah kuat mencengkeram Nusantara, melontarkan ide-ide awal dalam mengusahakan pendidikan (khusus perempuan) bagi sebangsanya.
Subhannallah, fakta ini menampakkan dengan jelas bahwa bumi Pasundan senantiasa memberikan pencerahan yang jujur dalam menyikapi hidup yang serba kompleks di Indonesia ini. Juga menyingkap dengan jelas, tatanan pendidikan yang mewarnai kemandirian lokal di Jawa barat sejak dulu menjadi momentum awal tumbuh kembangnya semangat kemajuan sehingga mampu menopang Jakarta menjadi ibu kota dari sebuah negeri kepulauan yang luas, bukan tempat yang lain.

Silikon Valley

Pada tahun 2006 berhembus santer akan diwujudkannnya dua (2) buah kota Indonesia sebagai pusat Industri komputer (hardware maupun software). Kota yang dimaksud adalah Bandung dan Bogor yang menjadi kandidat kuat dengan merujuk pada banyaknya dunia industri pendukung, Sumber daya manusia, infrastructur dan struktur, serta dekatnya dari pusat ekonomi Indonesia yaitu Jakarta.
Berdasar survey yang diadakan lembaga yang sangat kompeten, memang Bandung menunjukkan peringkat pertama penjualan dan penggunaan komputer yang ada di Indonesia.
Akan tetapi hingga tahun 2008 isue baik itu tidak kelihatan batang hidung, entah karena pejabat pemrakarsa ide ini sudah tergeser atau bagaimana.
Memang di Cikarang sebagai salah satu kawasan industri sudah ada yang bernama Delta Silicon, tapi apakah terkhusus memproduksi teknologi TI. Saya belum tahu...., wallahualam?

Ibukota

Jakarta adalah ibukota Jawa Barat hingga Belanda melancarkan Agresi pertamanya ke Indonesia. Lalu berpindah ke kota Bandung, sebuah kota pegunungan yang berhawa sejuk dan indah hingga kini. Baik Jakarta maupun Bandung menampakkan fondamen kemajuan sebuah bangsa dengan watak sosial budaya masyarakatnya yang lebih terbuka dibanding kota-kota lainnya di Indonesia.
Keterbukaan, keramahan serta sangat gandrung akan ilmu pengetahuan memberikan kesempatan pada siapapun dari manapun untuk menunjukkan prestasi terbaiknya tanpa ada hambatan SARA.
Investasi pendidikan, industri skala multinasional hingga rumahan, pekerjaan ribuan buruh hingga perseorangan seperti mendapat surga untuk masing-masing berpacu dalam kemajuan zaman. Investor dari luar negeri hingga detik ini masih lebih berminat menanamkan inevstasi besar di wilayah ini. Pertanyaannya, mengapa dengan daerah lain kok tidak semenarik bagi investasi besar seperti ini?