Dewi Sartika

Maksudnya Dewi Sartika yang pahlawan nasional itu khan? Betul, tulisan ini terinspirasi saat saya setiap pagi (jam 5.00 sampai jam 6.00 WIB) menyaksikan acara pengajian/ tauziah yang bertajuk “Mamah dan Aa” di saluran televisi Indosiar.
Sebagaimana kita tahu Dewi Sartika adalah pejuang wanita dari Jawa Barat yang bergerak mula pertama kali mewujudkan lembaga pendidikan/sekolah untuk kaum perempuan yang kala itu masih dalam penjajahan Belanda dalam awal abad 20. Sekolah-sekolah yang didirikannya sampai sekarang masih ada walau sudah berganti nama dan dinegerikan, hanya kalau saat pertama kali didirikan khusus untuk perempuan dalam perkembangan berikutnya menerima juga murid laki-laki.
Perjuangan berat Dewi Sartika dari keluarga priyayi Bandung ini kalau kita baca dari buku sejarahnya sungguh luar biasa, demi mencerdaskan kaum perempuan bangsa Indonesia saat itu beliau sampai rela mengungsi keluar dari lingkungan rumahnya. Bagi kita kaum pendidik, layak bila Dewi Sartika diidolakan sebagai tokoh awal pendidikan Indonesia yang sejati. Jauh sebelum kaum pergerakan nasional lainnya yang didominasi kam pria menyelenggarakan hal yang sama, maka Dewi Sartika telah membuktikan dengan kemampuan dan ketabahan hatinya membangun sekolah walau dalam kesederhanaan.
Lalu apa hubungannya dengan acara di Indosiar? Pembawa materi tersebut adalah seorang ustadzah, seorang perempuan bernama Mamah Dedeh. Dengan penguasaan kitab Al Qur’an dan perangkatnya, seorang diri ustadzah tersebut ditanya berbagai persoalan hidup lewat telepon maupun hadirin yang hadir di studio.
Bisa dibayangkan betapa penguasaan ilmu agama yang dalam serta keberanian yang haq yang dimilikinya seakan diuji oleh beribu pertanyaan tersebut. Sangat luar biasa! Bila acara lain yang sejenis lebih banyak satu arah yaitu didominasi oleh wejangan para pembawa acaranya, kalaupun ada pertanyaan selalu dibatasi. Maka pengarah acara beserta kru seakan menampilkan kepiawaian ustadzah Mamah Dedeh untuk berdialog ilmiah setara dengan debat kampus tentu dalam kadar yang khas.
Mungkin inilah yang juga dulu dilakukan oleh Dewi Sartika disaat kuku penjajah kuat mencengkeram Nusantara, melontarkan ide-ide awal dalam mengusahakan pendidikan (khusus perempuan) bagi sebangsanya.
Subhannallah, fakta ini menampakkan dengan jelas bahwa bumi Pasundan senantiasa memberikan pencerahan yang jujur dalam menyikapi hidup yang serba kompleks di Indonesia ini. Juga menyingkap dengan jelas, tatanan pendidikan yang mewarnai kemandirian lokal di Jawa barat sejak dulu menjadi momentum awal tumbuh kembangnya semangat kemajuan sehingga mampu menopang Jakarta menjadi ibu kota dari sebuah negeri kepulauan yang luas, bukan tempat yang lain.

Tidak ada komentar: