Awal Pendidikan Modern di Indonesia

Awal Pendidikan Modern di Indonesia

Sekolah dengan sistem barat di Hindia Belanda telah ada tahun 1800 yang didirikan dan dikelola pihak swasta yang dikhususkan untuk orang-orang Eropa, Indo Eropa, kaum Kristen bumiputera dan atau kaum kooperator lainnya. Pada 1848 di Batavia didirikan sekolah dasar, berikutnya 1860 sekolah menengah Eropa yang bernama Gymnasium Willem III. Sekelompok kecil bumiputera ada yang menjadi peserta didik walaupun masih mendapat tentangan dari kaum Eropa itu sendiri.
Sekolah Dokter Jawa (de Djawaschool) berdiri tahun 1873 yang pada 1903 diubah menjadi STOVIA. Tahun 1893 pemerintah kolonial mendirikan sekolah desa kelas I (5 taun) dan sekolah desa kelas II (3 tahun) dengan bahasa pengantar bahasa lokal setempat. Tahun 1907 sekolah desa-sekolah desa tersebut ditingkatkan menjadi sekolah rakyat (Volksschool - 6 tahun). Tercatat 731 sekolah rendah dengan murid sekitar 131.000 pada akhir abad 19. Kemudian pada tahun yang sama, sekolah kelas II diperluas dan didirikan sekolah kelas I dengan pengantar Bahasa Belanda.
Pada tahun 1912, sekolah Kelas I berubah menjadi Hollandsche Inlandsche School (HIS).
Pada masa ini, usaha mendidik kaum perempuan telah muncul dengan satu perintisnya Rd. Dewi Sartika di Bandung dengan mendirikan pendidikan swasta bernama Sekolah Istri (tahun 1904, kemudian berubah menjadi Keutamaan Istri). Puteri Mardika (1912) di Batavia, Keutamaan Istri Minangkabau (1914) di Minang. Berikutnya, tuan dan Nyonya C. Th. van Deventer pada tahun 1912 mendirikan Kartinifonds (Dana Kartini) yang tujuannya mendirikan sekolah-sekolah Kartini. Sekolah pertama didirikan di Semarang 1913, kemudian di Batavia, Malang, Madiun dan Bogor.

Tidak ada komentar: