Bandung

Bandung - terkenal dengan berbagai julukan seperti: Kota Kembang, Kota Eropa di Pegunungan Asia dan Paris-nya Pulau Jawa - merupakan sebuah kota yang terletak pada ketinggian 725 m dpl. Kota yang terhampar pada suatu dataran yang dikelilingi gunung-gunung ini memiliki hawa yang sejuk, segar dan panorama yang indah. Awal mula berdirinya Kota Bandung tidak lepas dari jasa dan kiprah Wiranatakusumah II, yang menjadi Bupati Kabupaten Bandung (1794 - 1829). Pada saat itu, ibukota kabupaten terletak di Karapyak - Dayeuh Kolot.
Pemerintah Hindia Belanda di bawah pimpinan Gubjend Herman Willem Daendels (1808 - 1811), mempunyai rencana membuat sebuah jalan yang membelah P. Jawa, menghubungkan Anyer di ujung barat dan Panarukan di timur. Jalan yang dikenal sebagai Jalan Raya Pos (Groote Postweg) membentang sepanjang ±1000 km.
Atas permohonan Daendels inilah, sejak tanggal 25 Mei 1810, ibukota Kabupaten Bandung yang semula berada di Karapyak dipindah, mendekati Jalan Raya Pos. Bupati Wiranatakusumah II, dengan persetujuan sesepuh serta tokoh-tokoh di bawah pemerintahannya memindahkan pusat pemerintahan ke Kota Bandung sekarang. Daerah yang dipilih sebagai ibukota baru tersebut, terletak di antara dua buah sungai (S. Cibadak dan S. Cikapundung), daerah sekitar Alun-Alun Bandung sekarang.
Pada tahun 20-30an timbul gagasan dan kemudian usulan memindahkan ibu kota Hindia Belanda (Nusantara) dari Batavia ke dataran tinggi Bandung ini. Sehingga dibangunlah berbagai gedung megah dan indah untuk pemerintahan dan perumahan pendukungnya. Pemindahan ini beralasan higienis lingkungan dimana Bandung mempunyai iklim yang sejuk serta pemandangan yang mempesona dibanding Batavia waktu itu.Selain itu,fakta bahwa bumi Pasundan yang sangat kaya dengan berbagai hasil sumber daya alamnya telah menghasilkan banyak keuntungan yang dikeruk untuk kepentingan penjajahan. Istilah gabus pelampung bagi bumi Pasundan, menunjukkan pembangunan sarana-sarana fisik megah masa penjajahan Belanda bermodal dari pengerukan alam tatar Pasundan bersamaan dengan pemerasan, penghisapan serta penindasan terhadap manusia pribumi dalam jangka panjang.
Bahasa dan Seni Tradisi: Penduduk asli mayoritas menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu dalam kehidupan sehari-harinya dan bahasa Indonesia sebagai resmi. Tradisi tidak jauh berbeda dengan komunitas Sunda lainnya yang mengutamakan "orang yang lebih tua usianya" serta baik budi dan menghormati tamunya (someah hade ka semah).
Seni yang masih dipertahankan: Adat perkawinan khas Sunda, Wayang golek, Calung, Reog, Angklung dan Longser.
Wisata Sejarah:
1. Candi Bojongmenje 2. Gedung Papak 3. Gedung Sate 4. Pendopo kabupaten (cikal bakal kota Bandung) 5. Gua Jepang di Taman Juanda 6. Gedung Merdeka 7. Gedung Sabau 8. Museum Sri Baduga 9. Museum Mandala Wangsit Siliwangi 10. Bangunan2 tua bekas peninggalan Belanda
11. Gedung Dwiwarna (bangunan terakhir yang dibuat Belanda)
Wisata Ilmiah:
1. Museum Geologi 2. Peneropongan Bintang Boscha 3. Museum Geologi 4. Museum Zoologi 5. Gedung Aula Barat ITB 6. Perpustakaan Jawa Barat
Wisata Alam:
1. Situ Patenggang 2. Pemandian Air Panas Maribaya 3. Kawah Tangkuban Perahu 4. Situ Cileunca 5. Pemandian Air Panas di Ciwidey 6. Naik Kuda di Jl. Ganeca
Wisata Belanja:
1. Cibaduyut (Pusat Perajin kulit: Sepatu, tas. dll) 2. Pasar Baru (grosir untuk kain) 3. Cihampelas (produsen jeans) 4. Batagor Riri (makanan khas Bandung) 5. Kue Surabi (makanan unik yang gurih) 6. Wayang Golek 7. Lukisan Jelekong

Tidak ada komentar: