Bekasi

Seorang ahli sejarah Poerbatjaraka berpendapat bahwa letak ibukota Tarumanegara terdapat di sekitar kota Bekasi. Pendapat Poerbatjaraka berdasarkan dugaan bahwa nama candrabagha yang ditulis dalam prasasti Tugu, setelah menyesuaikan diri dengan aturan bahasa setempat menjadi Bekasi. Etimologi itu berasal dari kata candrabhaga>bhagacandra>bhagasasi>Bekasi
Naskah Wangsakerta juga menyebutkan, walau raja serta keluarga kerajaan menganut agama Hindu, tetapi penduduk di sekitar desa-desa masih tetap dengan ajaran leluhur mengikuti adat nenek moyangnya (seperti Komunitas Badui?) yang berarti telah ada tata kemasyarakatan sebelum Tarumanegara. Pada zaman Tarumanegara inilah istilah Sunda mulai dikenal yakni untuk menyebut ibukota kerajaannya sendiri sebagai Sundapura (kota Sunda). Demikian pula dengan legenda harimau (maung), menunjukkan keperkasaan Sang Purnawarman yang bergelar Harimau Tarumanegara (Wyagghra ning Tarumanegara).
Pada zaman kolonial Belanda, Bekasi salah satu daerah Jatinegara (Meester Cornelis). Masa revolusi fisik berpindah-pindah dari Bekasi ke Tambun, Cikarang dan Kedunggede. Tanggal 17 Februari 1960 rakyat Bekasi mengusulkan kepada Pemerintah Pusat untuk mengganti Jatinegara menjadi Kabupaten Bekasi.
Bahasa dan Seni Tradisi: Bahasa pergaulan penduduk Bekasi adalah Bahasa Sunda, Betawi dan bahasa Indonesia sebagai bahasa formal. Seni yang berkembang adalah: Lenong, Cokek, Wayang Kulit, Reog/Dogdog (di Kecamatan Bekasi); Topeng (di Lemahabang), Wayang Golek, Tanji (di Kec. Setu), Kasidahan.
Wisata Sejarah:
1. Situs Buni di Babelan 2. Prasasti Muara Cianten, Cibarusa
Wisata Alam:
1. Cibitung 2. Pesisir Pantai

Tidak ada komentar: